Oleh : Yuliana Rachmawati & Khairi Nurokhim
Hari bumi diperingati oleh seluruh dunia setiap tanggal 22 April. Berbagai kegiatan dilakukan untuk mengingatkan kembali bagaimana kita harus lebih menghargai bumi yang kita tinggali ini. Yayasan Bina Karta Lestari (BINTARI) bersama komunitas lingkungan di Kota Semarang melakukan Kegiatan Bersih Pantai pada Minggu, 22 April 2018 di Pantai Trimulyo Kec. Genuk Kota Semarang. Kegiatan yang digagas tersebut bertajuk “Stop Marine Pollution”. Tema tersebut sengaja dipilih oleh BINTARI dikarenakan Indonesia dituduh menjadi salah satu negara terbesar kedua yang membuang sampah plastiknya ke lautan, demikian penuturan Direktur Yayasan Bintari, Arief Khristanto.
Kegiatan bersih pantai dilakukan dengan menyusuri Pantai Trimulyo sepanjang 0,45 Km. Para relawan berjalan dari basecamp TRIPARI sejauh 0,35 Km menuju pantai, kemudian menyisir pantai kearah timur sembari memungut sampah disepanjang pantai dan memilah-milahkannya berdasarkan jenis sampahnya. Para relawan dibekali trashbag ukuran 90×120 cm setiap orangnya. Kurang lebih 70-an relawan terlibat dalam kegiatan tersebut, yang tergabung dalam berbagai komunitas di Kota Semarang antara lain komunitas PGI-KS, PI, Green community UNNES, Earth Hours, Saka Kalpataru, Kalong, KPA Pertanian Unwahas, Motopacker, TRIPARI Trimulyo dan komunitas lainnya. Kegiatan juga diikuti oleh Babinkamtibmas, Babinsa dan perwakilan DLH Kota Semarang.
Berdasarkan hasil bersih pantai tersebut, setidaknya 362,3 Kg sampah basah berhasil dikumpulkan oleh relawan. Sampah tersebut antara lain adalah sampah plastik kemasan dan kresek (167,387 Kg), sampah sandal, sepatu dan karet ban (78,23 Kg), sampah styrofoam (38,542 Kg), botol kaca (29,846 Kg), sampah kain (20 Kg), sampah campuran plastik dan beling (18,88 Kg) serta sampah plastik air minum dalam kemasan (AMDK) baik botol maupun gelas (9,415 Kg). Dari hasil pemilahan tersebut, sampah plastik kresek (kantong plastik) dan plastik kemasan produk merupakan jenis sampah plastik terbanyak yang ada dipantai. Jumlah sampah tersebut tentu saja hanya sebagian kecil dari jumlah sampah yang ada di pantai dan terlebih lagi di lautan. Sampah-sampah yang terkumpul ini selanjutnya dibawa ke TPS terdekat dan beberapa jenis sampah yang memiliki nilai ekonomis disetorkan ke pengepul. Kegiatan ini memberikan gambaran kepada kita bahwa pantai dan lautan kita nyata telah tercemar oleh berbagai sampah dari daratan.
Hasil penelitian Jenna Jambeck, menemukan bahwa Indonesia merupakan negara penyumbang plastic dilautan terbesar kedua setelah Tiongkok dengan volume sampah sebanyak 187,2 juta ton pada tahun 2015. Bahkan Ocean Conservacy, sebuah organisasi nirlaba dibidang konservasi laut di AS menyebutkan bahwa saat ini, dunia sedang menghadapi krisis sampah di lautan. Akibatnya tidak hanya mengancam ekosistem laut dan keanekaragaman hayati laut namun juga mengakibatkan penurunan nilai produktivitas dari produk laut seperti tangkapan ikan dan rumput laut.
Selain pengambilan sampah di pantai, kegiatan ini juga dirangkai dengan diskusi bersama sekaligus kampanye untuk mengajak semakin banyak orang yang peduli terhadap lingkungan. “jika saat ini setiap orang menularkan dan mangajak keluarga sahabat dan teman-temannya menjaga lingkungan maka hal tersebut menjadi salah satu aksi nyata untuk mengurangi jumlah sampah yang ditimbulkan” demikian penuturan Pak Wahyu DLH Kota Semarang. Menyelesaikan isu sampah tidak hanya ditangani secara parsial dari hilirnya saja namun menjadi tantangan kita bersama dalam mengedukasi dan memulai mengurangi penggunaan plastik dari sekarang, saat ini juga, lanjut Pak Wahyu.
Persolan sampah memang merupakan permasalahan klasik yang membutuhkan penanganan serius oleh semua pihak. Keberhasilan pengelolaan sampah terletak pada kesadaran kita dalam mengelola sampah yang kita hasilkan. Setidaknya dengan menerapkan prinsip 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace & Repair) kita dapat mengurangi jauh lebih banyak timbulan sampah yang kita hasilkan. dan dengan demikian semoga kita bisa mengurangi jumlah sampah yang terbuang ke lautan karena laut bukanlah tempat pembuangan.