Kisah Lia

Lia adalah seorang wanita berusia 27 tahun yang memiliki gangguan bicara dan pendengaran sejak lahir. Ia merupakan warga Desa Sriwedari, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, dan bekerja sebagai penjahit musiman. Ia tidak menyangka terlibat dalam program bertajuk “Peningkatan kapasitas adaptasi masyarakat pesisir berisiko di Indonesia dan Filipina melalui tindakan dan kecenderungan berbasis masyarakat yang inklusif”. Program ini dilaksanakan atas kerjasama antara Arbeiter Samariter Bund (ASB) Indonesia dan Filipina, Bintari Foundation dan ACCORD dengan dukungan dana dari BMZ dan ASB.

 

Keterlibatan awal Lia adalah ketika Tim Proyek Adaptasi Perubahan Iklim Inklusif Bintari mengunjungi rumahnya untuk meminta bantuannya dalam membuat masker kain guna mencegah penyebaran COVID-19 di desanya.

 

Meski ada kendala dalam berkomunikasi secara lisan, namun semangat dan kebahagiaan tidak bisa disembunyikan dari raut wajah Lia saat Tim Proyek meminta bantuannya dalam pembuatan 425 buah masker yang bisa dicuci untuk warga Desa Sriwedari. Tim mengetahui potensi Lia dari Kepala Desa Sriwedari. Untuk bekerja sama dan memperlancar komunikasi, Lia dan tim memperhatikan dengan seksama bibir lawan bicara Lia, dan sesekali mendapat bantuan untuk menulis.

 

Antusiasme Lia berlipat ganda saat mengetahui bahwa masker tersebut ditujukan untuk pencegahan dan pengendalian COVID-19. Lia menyadari bahaya COVID-19 dan pentingnya mencegah penularannya melalui siaran televisi dan grup WhatsApp penyandang disabilitas pendengaran.

 

Hanya butuh tujuh hari untuk semua pesanan masker kain yang bisa dicuci siap didistribusikan. Lia secara mandiri mencari referensi pola masker kemudian dibantu oleh tetangga terdekatnya dalam berbelanja bahan, memotong, menjahit, dan mengemas produk jadi agar mudah didistribusikan.

 

Lia sangat senang karena dia dengan bangga menunjukkan masker yang dia buat kepada Tim dan warga di sekitar rumahnya. Ia mengungkapkan rasa terima kasih dan harapannya agar masker yang dibuatnya dapat bermanfaat bagi warga Desa Sriwedari. Lebih lanjut, Lia menyampaikan kesediaannya untuk terlibat aktif dalam kegiatan Proyek lainnya.

 

Proyek yang dilaksanakan di Filipina dan Indonesia ini memang mendorong partisipasi yang berarti dari para penyandang disabilitas untuk terlibat dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim. Pandemi COVID-19 sebagai bencana yang benar-benar baru mungkin tidak terduga, tetapi sisi positifnya, situasi tersebut dapat membantu mendorong perubahan dalam hal perumusan kembali kebijakan, mekanisme, tanggapan, dan persepsi publik dalam meningkatkan ketahanan masyarakat. Keterlibatan aktif penyandang disabilitas seperti Lia adalah kunci untuk mencapai ketahanan masyarakat tanpa ada yang tertinggal.

Bagikan :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *