Kali Garang yang membelah Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang tidak biasanya menjadi ajang beraktivitas anak-anak. Namun siang itu, ia bukan hanya menjadi tempat bermain, namun juga menjadi sumber pengetahuan yang juga tidak biasa bagi 30 anak yang merupakan siswa dari 15 Sekolah Dasar di Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS Garang). Kali Garang sendiri merupakan bagian penting dari sebuah wilayah dengan batas alam yang disebut dengan DAS Garang.
DAS Garang meliputi tiga wilayah administratif, yakni Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang di bagian hulu serta Kota Semarang di bagian tengah hingga hilir. Kondisi Kali Garang merupakan indikator utama dari kesehatan kondisi DAS Garang, baik dari sisi kualitas, kualitas maupun kontinuitas pasokan air yang dihasilkan. Kali Garang menyumbang pasokan air bersih terbesar (37,2%) dari seluruh produksi air PDAM Tirto Moedal Kota Semarang melalui Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kaligarang. Permasalahan degradasi kondisi DAS Garang semakin terasa dengan semakin menurunnya kualitas air di Kali Garang dan terjadinya peristiwa banjir di Kali Garang.
Anak-anak secara naluriah telah memiliki kecintaan kepada sungai. Akan tetapi perilaku masyarakat yang berkembang secara tidak langsung menjauhkan anak-anak dari sungai. Perilaku yang lebih didominasi oleh hal negatif seperti membuang sampah di sungai pada akhirnya membentuk persepsi masyarakat untuk semakin menjauhi sungai.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh seorang Guru yang mendampingi dalam kegiatan pendidikan lingkungan ini. “Wah, ya pas kula alit rumiyin, asring sanget dolanan teng lepen ngaten niki” (Waktu saya kecil dulu, sering sekali bermain di sungai seperti ini). Akan tetapi, sebagai orang tua pada saat ini mereka melarang anak-anaknya untuk bermain di sungai karena kondisi sungai yang tidak lagi sebaik dulu.
Aktivitas pendidikan lingkungan ini merupakan rumusan prototype action yang dihasilkan dari proses peningkatan kapasitas dari Garang Watershed Leadership Program (GWLP) dari Yayasan Bintari dengan dukungan pendanaan dari ERCA Japan serta stakeholder lain di DAS Garang, meliputi BPDAS Pemali Jratun, PDAM Tirto Moedal, PT. Phapros, BLH Provinsi Jawa Tengah, CCROM-IPB, Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Universitas Diponegoro (UNDIP). Upaya peningkatan kapasitas ini dilakukan dalam rangka mendorong kesamaan visi dalam rangka mendukung keterpaduan dalam pengelolaan DAS Garang. Prototype action ini berfungsi untuk membangun model aksi-aksi yang dapat dikembangkan oleh setiap stakeholder dalam mendukung pengelolaan dan pelestarian DAS Garang.
Aktivitas hari itu diisi dengan mengeksplorasi apa sajakah komponen ekosistem di sekitar sungai, dan aktivitas apa sajakah yang dapat menimbulkan kerusakan di sungai, serta aktivitas apakah yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya.
“Aku, Sahabat DAS Garang!!” begitu teriak anak-anak saat akan mengakhiri aktivitas hari itu. “Apakah teman-teman yakin kondisi Kali Garang akan semakin baik?” Tanya seorang fasilitator sebagai pamungkas. “Ya, kami yakin!!!” jawab anak-anak dengan semangat meski dengan kelelahan mereka.
Kami yakin, tawa riang anak-anak yang bermain di Kali Garang itu akan memberikan masa depan yang lebih baik bagi Kali Garang.
Note: Artikel ini telah dimuat di blog lain, yang juga merupakan bagian insiatif Yayasan Bintari.