SEMARANG – Puluhan petani tambak dan kelompok mangrove mengikuti pemaparan hasil dan pelatihan pemantauan mangrove di Semarang pada Kamis (07/11/2024). Kematian mangrove setelah ditanam akibat faktor alam dan gangguan manusia mendorong masyarakat untuk terlibat memantau mangrove. Keterlibatan itu ditunjukkan masyarakat dengan membentuk tim patroli mangrove di masing-masing daerah.
BINTARI bekerjasama dengan Program Pahlawan Pohon Traveloka – WRI telah menanam 80.000 bibit mangrove di Kota Semarang dan Kabupaten Pekalongan sejak 2023. Sementara itu, BINTARI juga menanam 120.000 mangrove dengan dana Japan Fund for Global Environment sejak tahun 2022. Hasil pemantuanan bulan Agustus 2024 menunjukkan tingkat hidup mangrove sebesar 86% di Kabupaten Pekalongan dan 68% di Kota Semarang.
Tingkat kematian terbesar di Kabupaten Pekalongan disebabkan oleh erosi yang membawa pasir saat pasang surut air laut. Tanaman mangrove yang baru ditanam dapat terbawa gelombang atau terkubur pasir. Sementara itu, kematian mangrove di Kota Semarang disebabkan gangguan ternak dan kepiting. Hasil pemantauan juga menunjukkan pertumbuhan antara 80% – 110% selama 18 bulan terakhir. Jenis mangrove Avicennea menunjukkan pertumbuhan paling tinggi dengan jumlah cabang dan daun terbanyak. Rhyzophora mengalami pertumbuhan paling rendah.
Setelah membentuk tim patroli dan mengikuti pelatihan pemantauan, masyarakat akan memantau mangrove secara mandiri dan menjaga mangrove dari gangguan. MN