Program BINTARI mengacu pada rencana strategis organisasi yang disusun setiap lima tahun dimana pada tahun 2021 BINTARI meluncurkan renstra terbaru untuk periode 2021-2024.
Menjadi organisasi yang bertumbuh, dan tangguh (resilient) dengan kontribusi lingkungan semakin signifikan. Pada 5 tahun ke depan, BINTARI fokus pada kekuatan (Appreciative Inquiry):
Dampak dan risiko perubahan iklim di berbagai sektor secara faktual telah terjadi di banyak wilayah di Indonesia. Meskipun demikian, di tingkat lokal belum terdapat kapasitas baik berupa pengetahuan dan sumberdaya yang layak dalam menghadapi dampak dan risiko iklim tersebut.
Bintari bersama para pihak, menyusun basis ilmiah terkait proyeksi iklim, meningkatkan kapasitas para pihak terhadap perubahan iklim, mengkaji dampak dan risiko iklim secara partisipatif serta mengembangkan rencana aksi untuk mengurangi risiko dan kerugian akibat perubahan iklim yang sesuai dengan kondisi lokal. Diantara berbagai upaya tersebut, diformulasi sejumlah praktik baik yang dapat direplikasi maupun dikembangkan di wilayah-wilayah lain yang memiliki tantangan dan risiko iklim yang serupa.
Bintari memandang isu pengelolaan sampah secara komprehensif dari hulu hingga hilir. Kami bekerja dengan mengkombinasikan konsep sirkular ekonomi dan pengembangan tata kelola persampahan berbasis spasial dan kewenangan. Bintari bekerja dengan seluruh aktor dari rumah tangga, sektor informal, pemerintah dan swasta membangun sejumlah inisatif yang kontekstual dengan permasalahan persampahan di tiap satuan wilayah. Bintari secara nyata menerjemahkan konsep 3R (reduce, reuse, recycle) ke dalam level operasional. Dalam pengelolaan sampah, Bintari memandang bahwa no one size fits all, sehingga tata kelola pengelolaan sampah dibangun secara spesifik berdasarkan karakteristik satuan wilayah. Dari prinsip tersebut, Bintari melahirkan berbagai inovasi dalam pengelolaan sampah di sejumlah wilayah yang menjadi lokasi kerja Bintari
Semakin meningkatnya angka kejadian bencana baik bencana hidrometeorologis maupun non hidrometeorologis mendorong Bintari untuk terlibat lebih jauh di dalam upaya pengurangan risiko bencana. Bintari mempraktikkan model-model pengurangan risiko bencana yang inklusif dimana kelompok rentan bukan lagi hanya menjadi objek yang harus mendapatkan prioritas dalam upaya pengurangan risiko dan penyelamatan dalam penanggulangan bencana, namun justru memiliki kesempatan untuk melakukan partisipasi bermakna dalam pengurangan risiko bencana. Bersama kelompok penyandang disabilitas, Bintari memperkuat sistem pengurangan risiko bencana mulai dari sistem peringatan dini, rencana kontijensi hingga peningkatan kapasitas kelompok pengurangan risiko bencana.
Pemenuhan air dan sanitasi merupakan layanan dasar yang wajib diperoleh masyarakat di Indonesia. Namun tidak jarang banyak wilayah yang masih memiliki layanan air dan sanitasi yang terbatas. Diantaranya diakibatkan oleh letak geografis yakni kondisi remote atau justru berada di wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Selain itu juga disebabkan oleh kondisi wilayah yang berubah akibat dampak iklim maupun bencana sehingga layanan air dan sanitasi yang sebelumnya tersedia menjadi gagal menjalankan fungsinya. Bintari mendukung pengembangan layanan air dan sanitasi di kedua wilayah tersebut melalui inovasi-inovasi yang relevan dengan tetap memegang prinsip inklusif dan memposisikan masyarakat sebagai aktor utama di dalam tata kelolanya.
Setiap ekosistem memiliki peran penting yang dapat divaluasi melalui jasa ekosistem. Perubahan terhadap ekosistem baik pada unsur biotik dan abiotik akan memberikan gangguan terhadap keseimbangan ekosistem yang akhirnya berdampak pada fungsi ekosistem itu sendiri. Bintari memandang konsep keseimbangan ekosistem yang dinamis perlu dikembangkan untuk memperluas layanan jasa ekosistem tersebut. Tiga pekerjaan penting dilakukan oleh Bintari dalam upaya pelestarian ekosistem ini. Pencegahan perubahan ekosistem penting seperti hutan, sungai, mangrove, lamun, terumbu karang, sumber mata air dan habitat flora fauna menjadi upaya utama yang perlu dilakukan. Di sisi lain, upaya restorasi dan rehabilitasi juga mendesak untuk dilakukan untuk wilayah-wilayah yang telah mengalami kerusakan. Selanjutnya adalah mempertahankan keberadaan ekosistem melalui peningkatan tata kelola yang lestari. Bintari mendorong upaya-upaya tersebut melalui pendekatan advokasi regulasi, peningkatan kapasitas para pihak, serta pengembangan aksi berbasis kajian ilmiah
Copyright © 2024 Yayasan Bintari All Rights Reserved.