Pemkab Mabar Bersama Yayasan Bintari Gelar FGD Penyusunan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim

 

Manggarai Barat, 28 Agustus 2024 – Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat bersama Yayasan Bintari melalui Program Penguatan Ketahanan Iklim (PEKA-IKLIM), menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka menyusun Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API). Program PEKA IKLIM dilaksanakan oleh Yayasan Bintari bekerjasama dengan ASB Indonesia-Philippines dengan dukungan pendanaan dari Kementerian Pembangungan dan Ekonomi Pemerintah Federal Jerman (BMZ). FGD ini dilaksanakan di Hotel Parlezo, Labuan Bajo, dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari Organisasi Perangkat daerah (OPD), Instansi Vertikal di kabupaten Manggai Barat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Pemerintah Desa dan Organisasi Penyandang Disabilitas. Keikutsertaan para pemangku kepentingan ini menunjukkan komitmen bersama dalam menyusun dan mengimplementasikan RAD-API yang komprehensif.

 

Perubahan iklim merupakan tantangan global yang semakin nyata dampaknya, terutama di wilayah pesisir seperti Kabupaten Manggarai Barat. Wilayah ini telah mengalami berbagai peristiwa cuaca ekstrem yang berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Sebagai respons terhadap perubahan iklim, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat perlu mengambil langkah-langkah adaptasi yang konkret dan terencana untuk mengurangi risiko serta dampak negatif dari fenomena tersebut.

 

Analisis yang dilakukan oleh Yayasan Bintari pada tahun 2024, beberapa wilayah di Kabupaten Manggarai Barat berpotensi menghadapi risiko tinggi terhadap berbagai bencana hidrometeorologi. Desa Pontianak di Kecamatan Boleng dan Desa Benteng Dewa di Kecamatan Lembor Selatan, misalnya, berdasarkan kajian tersebut telah diidentifikasi sebagai daerah yang berisiko tinggi terhadap banjir. Selain itu, 21 desa di tujuh kecamatan di kabupaten ini memiliki potensi tinggi untuk mengalami longsor, dengan Desa Golo Riwu, Sompang Kolang, dan Golo Ndeweng yang memerlukan perhatian khusus. Dampak kekeringan juga menjadi ancaman nyata di beberapa desa seperti Labuan Bajo, Wae Kelambu, dan Pasir Putih.

 

Kegiatan FGD ini bertujuan untuk mengidentifikasi aksi-aksi adaptasi perubahan iklim dan merumuskan strategi adaptasi yang relevan dengan kondisi lokal serta menentukan prioritas aksi yang akan dituangkan dalam dokumen RAD-API. Dokumen ini diharapkan dapat menjadi panduan strategis bagi pemerintah daerah dalam mengintegrasikan isu perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan daerah, sehingga Kabupaten Manggarai Barat dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

 

FGD ini dibuka langsung oleh Asisten I Setda Manggarai Barat Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten manggarai Barat Bpk. Hilarius Madin. Dalam sambutannya beliau berharap agar dengan adanya dokumen ini, Kabupaten Manggarai Barat dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam hal Pembangunan berketahanan iklim dan perlindungan masyarakat dari dampak yang ditimbulkannya. Beliau juga menyampaikan apresiasi yang tinggi atas dukungan yang diberikan oleh Yayasan Bintari melalui Program PEKA-IKLIM dalam proses penyusunan RAD-API ini.

 

Agenda FGD dimulai dengan paparan mengenai implementasi Program PEKA-IKLIM yang telah berjalan di Kabupaten Manggarai Barat. Inisiatif yang telah dilakukan, seperti upaya penguatan ketahanan masyarakat dan peningkatan kesadaran akan risiko iklim, menjadi landasan bagi diskusi lebih lanjut mengenai langkah-langkah adaptasi yang harus diambil. Selain itu, peserta juga mendapatkan pemaparan tentang proyeksi iklim dan risiko iklim di Kabupaten Manggarai Barat, yang memberikan gambaran jelas mengenai ancaman yang dihadapi dan urgensi penyusunan RAD-API.

 

Diskusi kelompok menjadi bagian penting dalam kegiatan ini, di mana para peserta berbagi gagasan dan pengalaman mereka dalam menghadapi dampak perubahan iklim di tingkat lokal. Hasil dari diskusi ini akan menjadi dasar bagi penyusunan dokumen RAD-API, yang akan mencakup berbagai aksi adaptasi yang disesuaikan dengan kondisi spesifik masing-masing wilayah di Kabupaten Manggarai Barat. Fokus utama dari RAD-API adalah untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dan melindungi aset-aset vital daerah dari risiko yang diakibatkan oleh perubahan iklim.

 

Penyusunan RAD-API juga sejalan dengan komitmen nasional Indonesia untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai dengan Nationally Determined Contribution (NDC) dan Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC). Indonesia bertekad untuk menurunkan emisi GRK sebesar 31,89% dengan usaha sendiri dan 43,2% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Di tingkat lokal, RAD-API akan menjadi instrumen penting untuk mendukung pencapaian target ini, terutama dalam konteks adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.

 

Dengan tersusunnya RAD-API, Kabupaten Manggarai Barat dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks. Dokumen ini akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berketahanan iklim. Selain itu, RAD-API juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim, sehingga meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi risiko perubahan iklim yang mungkin terjadi di masa depan.

 

FGD ini menandai langkah awal yang penting dalam perjalanan Kabupaten Manggarai Barat menuju pembangunan berketahanan iklim dan berkelanjutan. Dengan kerjasama yang kuat antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya, Kabupaten Manggarai Barat optimis dapat mengatasi tantangan perubahan iklim.

Bagikan :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *