SEMARANG – Menandai berakhirnya proyek Clean Cities Blue Ocean (CCBO) di tiga kota percontohan yakni Ambon, Makassar dan Semarang, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) melalui tim proyek CCBO mengadakan upacara penutupan di Kota Semarang pada Rabu (17/4). Sejak Mei 2022, Program CCBO di Kota Semarang mendukung pemerintah Kota Semarang dalam meningkatkan sistem pengelolaan sampah perkotaan untuk mencegah kebocoran sampah plastik serta menciptakan kota yang lebih bersih dan laut yang lebih sehat. USAID telah bekerja sama dengan pemerintah Kota Semarang dan menunjuk Yayasan BINTARI sebagai pelaksana proyek.
Semarang termasuk di antara lima kota besar penyumbang sampah plastik di laut Indonesia bagian barat.[1] Total sampah kota yang tidak tertangani diperkirakan sekitar 17-22% dari total timbulan sampah.[2][3] Diperkirakan total timbulan sampah Semarang adalah sekitar 1.270-1.388 ton/hari, di mana 965 – 1.054 ton (76,5%) dibuang di TPA Jatibarang. Pembuangan di TPA ini meningkatkan beban lingkungan di Semarang karena kurangnya lahan (untuk pembuangan limbah). Keterbatasan pengolahan sampah di TPA telah mendorong Pemerintah Kota Semarang untuk memperkuat pengurangan sampah dalam rantai pasokan pengelolaan sampah melalui pemilahan di sumber dan mendorong ekonomi sirkular. Sasaran Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah Daerah (Jakstrada) Semarang mencapai 100% cakupan pelayanan sampah melalui 70% penanganan sampah dan 30% pengurangan sampah pada tahun 2025.[4] Untuk mencapai target tersebut, pemerintah Kota Semarang mendorong pemulihan material di tingkat rumah tangga melalui Bank Sampah dan TPS 3R.
Dalam kesempatan ini, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menekankan, pihaknya akan terus menekankan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Meski CCBO telah berakhir, ia meminta kepada pihak terkait untuk terus menjaga lingkungan dan laut terutama dari sampah plastik.
Kegiatan penutupan program CCBO ini dihadiri langsung oleh Direktur USAID Indonesia, Jeffery Cohen, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rut krüger Giverin serta Koordinator Bidang Air Minum dan Sanitasi Kementerian PPN/BAPPENAS, Nur Aisyah Nasution. “Satu tantangan global dalam beberapa tahun terakhir adalah polusi plastik. Sampah plastik mengancam masyarakat dan ekosistem di dunia, termasuk Indonesia dan Amerika Serikat. Tantangan sampah plastik di laut bersifat global, tapi solusinya lokal. Terutama karena manajemen sampah seringkali di bawah pemerintah kota. Oleh karena itu, USAID bermitra dengan banyak pemerintah kota dalam membangun masyarakat yang tangguh untuk menangani sampah”, ujar Direktur USAID Indonesia, Jeffery Cohen dalam kesempatan yang sama.
Bintari melalui proyek CCBO belajar banyak dari pendekatan proyek termasuk strategi Social and Behavior Change Communication (SBCC) dalam menangani sampah. BINTARI menyusun strategi dan pendekatan SBCC secara partisipatif dan berbasis bukti melalui riset pendahuluan dan ujicoba Trial of Improved Practices (TIPs). “BINTARI melatih dan mendorong terbentuknya Tim Edukator, yang terdiri atas pengurus TPS 3R/ Bank Sampah, PKK, kader kesehatan, RT/RW, tokoh masyarakat, kelurahan didukung Dinas Kesehatan, dan sanitarian Puskesmas. Bersama Tim Edukator, Bintari telah melakukan edukasi pada lebih dari 1.000 rumah tangga, dan memberikan dampak kepada lebih dari 12.000 orang”, ungkap Meifita Dian Handayani, Social Expert Yayasan BINTARI saat membagikan praktik baiknya dalam kesempatan yang sama.
Adapun hingga April 2024, proyek CCBO di Kota Semarang berhasil mendampingi TPS 3R dan Bank Sampah hingga berhasil mendaur ulang dan mencegah kebocoran sampah sebesar 190 ton. Dari jumlah tersebut, TPS 3R dan Bank Sampah berhasil mengolah 160 ton sampah plastik untuk menghindari kebocoran ke lingkungan. Adapun partisipasi masyarakat selama program berjalan mencapai 12.943 orang.
Catatan kaki :
[1] World Bank dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, 2016 Indonesia Marine Debris Hotspots Rapid Assessment
[2] Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), 2020, “Buku Putih Semarang Kelola Sampah
[3] KIAT, 2019, “Outline Business Case for Waste Energy Facility in Semarang”
[4] DLH Kota Semarang, 2020