Training of Trainer (ToT) Agrometeorologi untuk Kelompok PPTPI Desa Repi dalam Meningkatkan Adaptasi Perubahan Iklim

 

Desa Repi, yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, menghadapi tantangan besar akibat penurunan produktivitas lahan sawah hingga 50% dalam beberapa tahun terakhir. Cuaca ekstrem dan serangan hama menjadi faktor utama yang mengancam keberlanjutan hasil pertanian di desa ini. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat desa untuk mengembangkan strategi adaptasi berbasis ilmu agrometeorologi guna mendukung pengelolaan lahan dan meningkatkan ketahanan sektor pertanian terhadap dampak perubahan iklim.

 

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pada 1-5 November 2024, Program Penguatan Ketahanan Iklim (PEKA IKLIM) menyelenggarakan Training of Trainer (ToT) bagi anggota Perkumpulan Petani Tanggap Perubahan Iklim (PPTPI) Desa Repi, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat. Kegiatan ini bertujuan memperkuat pemahaman agrometeorologi dan kemampuan petani dalam beradaptasi dengan perubahan iklim.

 

Pelatihan ini melibatkan 15 peserta, yang terdiri dari anggota PPTPI Desa Repi, pemerintah desa, petugas penyuluh lapangan (PPL), Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupatan Manggarai Barat, serta jejaring PPTPI dari berbagai wilayah yang mengikuti secara daring. Narasumber utama berasal dari Tim Warung Ilmiah Lapangan (WIL) Universitas Indonesia, serta ahli agrometeorologi dari University of Free State, Afrika Selatan.

 

Kegiatan selama lima hari ini mencakup berbagai sesi pembelajaran interaktif. Hari pertama diawali dengan sambutan dari Yayasan Bintari, Kepala Desa Repi, dan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Barat. Selanjutnya, peserta mengikuti evaluasi pembelajaran WIL sebelumnya untuk mengidentifikasi manfaat, kendala, serta langkah perbaikan yang diperlukan. Materi mengenai iklim dan cuaca, atmosfer, serta radiasi solar menjadi fokus utama.

 

Hari-hari berikutnya difokuskan pada praktek lapangan, termasuk pengukuran curah hujan, analisis agroekosistem, dan evaluasi hasil panen. Peserta juga belajar membuat grafik curah hujan berdasarkan data historis untuk memprediksi dampak iklim terhadap musim tanam mendatang. Selain itu, sesi praktek inovasi teknik budidaya seperti pengukuran tekstur tanah dan skenario musiman membantu peserta memahami serta mengantisipasi kondisi iklim di masa depan.

 

Kegiatan juga mendorong peserta untuk mengembangkan strategi budidaya baru yang berkelanjutan. Dalam sesi berbagi pengetahuan, mereka menyampaikan ide-ide inovatif untuk meningkatkan hasil panen dan ketahanan iklim. Para peserta dilatih untuk membentuk organisasi mandiri guna melanjutkan pembelajaran WIL dan membangun jejaring dengan komunitas lain.

 

Pelatihan ini ditutup dengan refleksi atas pembelajaran yang telah diperoleh serta penyusunan rencana kegiatan PPTPI ke depan. Sambutan penutup dari Yayasan Bintari menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan komitmen semua pihak dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

 

 

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program PEKA IKLIM yang dilaksanakan oleh Yayasan Bintari bekerjasama dengan Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) South and South East Asia. Program ini didanai oleh Kementerian Pembangunan dan Kerja Sama Ekonomi Republik Federal Jerman. Dengan fokus pada peningkatan kapasitas lokal, program ini bertujuan menciptakan masyarakat yang tangguh terhadap perubahan iklim melalui pengelolaan sumber daya yang adaptif dan berkelanjutan. Pelatihan ini diharapkan mampu memberikan dampak signifikan dalam mendorong ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di Desa Repi.

Bagikan :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *