Menghadapi Perubahan Iklim, Sejumlah Petani di Desa Repi membentuk Petani Tanggap Perubahan Iklim

Sabtu, 16 September 2023| Sebanyak 34 petani mengikuti serangkaian kegiatan lokakarya Warung Ilmiah Lapangan (WIL) yang diselenggarakan oleh Yayasan Bina Karta Lestari (Bintari) bersama Tim WIL-Universitas Indonesia dan Perhimpunan Petani Tanggap Perubahan Iklim (PPTPI) Indramayu dan Sumedang selama 4 hari sejak tanggal 16-19 September 2023 di Desa Repi Kecamatan Lembor Selatan Kabupaten Manggarai Barat. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Implementasi Program PEKA-Iklim oleh Yayasan Bintari atas kerjasama dengan Arbieter Samariter Bund (ASB) Indonesia-Filipina dan Kementerian Dalam Negeri  serta dukungan pendanaan dari Kementrian Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi Pemerintah Jerman (BMZ). Kegiatan tersebut sebagai salah satu strategi meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir berisiko di Nusa Tenggara Timur melalui pengelolaan sumber daya dan mata pencaharian yang berketahanan iklim (PEKA IKLIM).

 

Gambar 1. Petani dilatih untuk mengukur curah hujan

Selain petani, kegiatan lokakarya juga dihadiri Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kab.Manggarai Barat, BPP Kec.Lembor Selatan, Penyuluh Pertanian, Pemerintah Desa Repi dan Pokja Peka Iklim Desa Repi serta Lembaga Pengembangan Bisnis-Yayasan Dharma Bhakti Astra. Melalui lokakarya WIL, para petani yang juga menyertakan petani disabilitas, petani perempuan, serta petani milenial, diajak untuk memahami kembali fenomena iklim, cuaca dan variabel cuaca, kondisi lahan dan tanaman pertanian, serta keterkaitan antara iklim dan kegiatan pertanian melalui delapan (8) Jasa Layanan Iklim. Para petani diajak untuk menjadi pengamat agrometeorologi dilahan sawah dan kebun masing-masing. Petani dilatih untuk mengukur curah hujan dengan menggunakan alat ukur sederhana yaitu Gogong (omplong) dan juga mencatat perubahan yang terjadi di lahan masing-masing. Semua itu akan dibahas dalam pertemuan evaluasi yang akan dilakukan setiap bulan dengan menyertakan para ahli serta petani berpengalaman (petani pemandu). Ini adalah upaya meningkatkan kemampuan adaptasi dan mitigasi petani dalam menyikapi fenomena perubahan iklim di sektor pertanian serta dampak yang terjadi guna mendukung ketahanan pangan lokal.

 

Sebagaimana diketahui, pertanian merupakan sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat dan secara bersamaan merupakan salah satu sektor yang paling terdampak oleh perubahan iklim. Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian sangat multidimensional baik terhadap sumberdaya, infrastruktur pertanian, system produksi pertanian, ketahanan dan kemandirian pangan maupun tingkat kesejahteraan petani. Salestinus Harapan (44) salah seorang petani di Desa Repi mengakui “bahwa dalam beberapa tahun terakhir, iklim sulit diprediksi. Hujan yang biasanya terjadi di bulan November kini bergeser ke bulan Desember hingga Maret. Akibatnya, produktivitas lahan pertanian menurun”. Hal senada disampaikan oleh Kletus Lontas (64) bahwa “sekarang serangan hama dan penyakit semakin sering terjadi dan mengakibatkan gagal panen”.

 

Penurunan produktivitas pertanian pada akhirnya berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB suatu daerah. Dalam konteks lokal, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Manggarai Barat tercatat mengalami penurunan sejak 2016 hingga 2020. Padahal pertanian merupakan sektor terbesar yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Manggarai Barat sebesar 41,13%[1].

 

Gambar 2. Petani sedang berdiskusi dengan narasumber

Desa Repi merupakan salah satu desa yang 85,53%[2] penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan sangat mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang kehidupan masyarakatnya. Luas lahan pertanian dan perkebunan Desa Repi diperkirakan mencapai 130 Ha[3] yang terdiri dari lahan sawah, ladang dan kebun dengan jenis komoditas budidaya padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, kemiri, tembakau, jambu mete dan beberapa komoditas lain. Produktivitas lahan sawah pernah mencapai 6 Ton/Ha namun sejak dua tahun terakhir mengalami penurunan produktivitas yang signifikan hingga 50% yang disebabkan oleh cuaca ekstrim dan serangan hama.

 

Upaya pengembangan dan penguatan sektor pertanian berketahanan iklim menjadi sangat relevan mengingat dampak perubahan iklim terhadap sektor tersebut nyata dan signifikan. Setidaknya ada 85,53% penduduk Desa Repi yang bekerja disektor pertanian yang sumber penghidupannya terancam akibat adanya perubahan iklim dan membutuhkan peningkatan kapasitas agar dapat beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim dengan mengembangkan pertanian yang berketahan iklim. Prof. Dr. Yunita Triwardani Winarno salah satu narasumber lokakarya sekaligus koordinator tim WIL-UI menyampaikan bahwa “ilmu atau pengetahuan tradisional (kearifan lokal) yang dimiliki petani selama ini perlu diperbarui secara terus-menerus karena adanya perubahan kondisi lingkungan dan petani harus mempersiapkan langkah-langkah antisipasinya dengan mengamati dampak perubahan pola hujan terhadap pertumbuhan tanaman”.

 

Gambar 3. Paparan peta wilayah salah satu desa dampingan Bintari

Peningkatan kapasitas petani dalam mengembangkan dan mewujudkan pengelolaan sektor pertanian yang berketahanan iklim dilakukan melalui replikasi penerapan praktik baik Warung Ilmiah Lapangan (WIL) yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Yunita Triwardani Winarto dan Tim WIL Universitas Indonesia. WIL dipilih sebagai pendekatan utama dalam rangka meningkatkan ketahanan sektor pertanian di Desa Repi dan akan dilakukan secara kontinyu selama dua musim tanam kata David Purmiasa selaku Koordinator Program PEKA IKLIM.

 

Untuk mewujudkan hal tersebut, peserta lokakarya kemudian bersepakat untuk membentuk Perkumpulan Petani Tanggap Perubahan Iklim (PPTPI) Desa Repi Kabupaten Manggarai Barat. Kedepan PPTPI Desa Repi inilah yang akan mengorganisir dan memfasilitasi jejaring petani di desa agar senantiasa menerapkan 8 produk jasa layanan iklim Warung Ilmiah Lapangan ke sesama petani di desa. diharapkan dengan adanya kegiatan WIL dan 8 produk jasa layanan iklim tersebut, petani di Desa Repi akan lebih tanggap dalam menentukan langkah-langkah antisipasi berdasarkan skenario musiman yang diterima dan dimiliki oleh petani berdasarkan data hasil pengukuran curah hujan dan pengamatan kondisi agroekosistem di lahan pertanian petani sendiri. [KN.20/09/2023]

 

Referensi:

[1] Dokumen RPJMD Kab. Manggarai Barat 2021-2026

[2] Dokumen RPJMDes Desa Repi 2023-2028

[3] Hasil FGD Pertemuan Pokja Peka Iklim Desa Tgl 16 Mei 2023

Bagikan :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *